Gerak Robot ini Dikendalikan dengan Pikiran Manusia
Ahmad Luthfi - Okezone
(Foto: Telegraph)
BERN - Mungkinkah mengendalikan robot menggunakan pikiran? hal ini ternyata tidak mustahil dilakukan. Pasalnya, Ilmuwan dari Federal Polytechnic School of Lausanne asal Swiss telah menciptakan robot dengan teknologi canggih yang dapat dikendalikan menggunakan pikiran manusia.
Dilansir Telegraph, Kamis (26/4/2012), dengan mengenakan topi elektroda, robot dapat dikontrol melalui gelombang otak. Untuk pertama kali sistem kendali robot tersebut didemonstrasikan oleh orang yang mengalami kelumpuhan. Dengan menggunakan kursi roda, ia menguji robot itu di sebuah rumah sakit.
Sistem ini dikembangkan oleh Jose Millan, seorang profesor dari Federal Polytechnic School of Lausanne. Ia memiliki spesialisasi pada bidang non-invasive interfaces antara mesin dan otak manusia.
"Setelah gerakan ini dimulai, otak dapat bersantai. Jika tidak, dia bisa kelelahan. Teknologi yang sama juga dapat digunakan untuk menggerakkan kursi roda," ujar Millan.
Menurutnya, teknologi ini memiliki keterbatasan yaitu sinyal otak akan teracak jika terlalu banyak orang yang berkumpul di sekitar penguji. Millan juga mengatakan, sistem kendali robot ini tidak hanya digunakan untuk menggerakan kursi roda, tetapi juga bisa membantu pasien memulihkan indera perasanya (sense).
Sementara itu, penelitian yang diusung Stephanie Lacour dan timnya kini sedang menggarap electric skin untuk seseorang yang tidak memiliki tangan. Perangkat berbentuk sarung tangan ini dilengkapi sensor kecil yang akan mengirimkan informasi langsung ke sistem saraf pengguna.
Pada akhirnya, menurut Lacour, dengan electric skin tersebut, peneliti berharap bisa membuat prostetik mekanik. Alat ini tidak hanya mobile tetapi juga sensitif layaknya tangan alami.
Penelitian lain yang coba dikembangkan ilmuwan di Federal Polytechnic School of Lausanne mengerjakan proyek yang memungkinkan para penderita paraplegics (lumpuh) bisa berjalan normal. Penelitian ini dilakukan menggunakan implan sistem elektroda yang ditanam di tulang belakang.
"Tujuannya agar setelah satu tahun pelatihan dengan menggunakan sistem robot ini, pasien bisa berjalan kembali tanpa perlu bantuan robot. Sistem elektroda ini akan tertanam dan hidup secara implan," terang Gregoire Courtine, salah satu ilmuwan yang mengembangkan teknologi tersebut. (fmh)
Dilansir Telegraph, Kamis (26/4/2012), dengan mengenakan topi elektroda, robot dapat dikontrol melalui gelombang otak. Untuk pertama kali sistem kendali robot tersebut didemonstrasikan oleh orang yang mengalami kelumpuhan. Dengan menggunakan kursi roda, ia menguji robot itu di sebuah rumah sakit.
Sistem ini dikembangkan oleh Jose Millan, seorang profesor dari Federal Polytechnic School of Lausanne. Ia memiliki spesialisasi pada bidang non-invasive interfaces antara mesin dan otak manusia.
"Setelah gerakan ini dimulai, otak dapat bersantai. Jika tidak, dia bisa kelelahan. Teknologi yang sama juga dapat digunakan untuk menggerakkan kursi roda," ujar Millan.
Menurutnya, teknologi ini memiliki keterbatasan yaitu sinyal otak akan teracak jika terlalu banyak orang yang berkumpul di sekitar penguji. Millan juga mengatakan, sistem kendali robot ini tidak hanya digunakan untuk menggerakan kursi roda, tetapi juga bisa membantu pasien memulihkan indera perasanya (sense).
Sementara itu, penelitian yang diusung Stephanie Lacour dan timnya kini sedang menggarap electric skin untuk seseorang yang tidak memiliki tangan. Perangkat berbentuk sarung tangan ini dilengkapi sensor kecil yang akan mengirimkan informasi langsung ke sistem saraf pengguna.
Pada akhirnya, menurut Lacour, dengan electric skin tersebut, peneliti berharap bisa membuat prostetik mekanik. Alat ini tidak hanya mobile tetapi juga sensitif layaknya tangan alami.
Penelitian lain yang coba dikembangkan ilmuwan di Federal Polytechnic School of Lausanne mengerjakan proyek yang memungkinkan para penderita paraplegics (lumpuh) bisa berjalan normal. Penelitian ini dilakukan menggunakan implan sistem elektroda yang ditanam di tulang belakang.
"Tujuannya agar setelah satu tahun pelatihan dengan menggunakan sistem robot ini, pasien bisa berjalan kembali tanpa perlu bantuan robot. Sistem elektroda ini akan tertanam dan hidup secara implan," terang Gregoire Courtine, salah satu ilmuwan yang mengembangkan teknologi tersebut. (fmh)